Pada suatu hari Rasulullah mengajak para sahabatnya berjalan-jalan ke luar Kota Makkah. Saat itu berbagai gangguan fisik terhadap Rasul dan sahabatnya mencapai titik klimaks. Penderitaan kian lengkap dengan wafatnya istri dan paman Rasulullah, dan diberlakukannya blokade ekonomi terhadap Bani Hasyim serta para sahabat Rasul.
Akibatnya mereka kekurangan pangan, kesehatan, dan terancam keselamatannya. Ketika Rasul dan para sahabat sampai ke suatu tempat dan beristirahat, berkata seorang sahabat, ''Ya Rasulullah, kita saat ini mengalami penderitaan yang luar biasa. Penyiksaan fisik sudah terbiasa kami alami, kekurangan makanan dan keselamatan melengkapi penderitaan kami. Bagaimana kalau untuk sementara kita hentikan dulu dakwah ini, kita bangun dulu perekonomian. Setelah kuat baru kita lanjutkan dakwah ini.''
Tidak lama berselang Allah SWT menurunkan wahyu sebagai jawaban terhadap keluhan sahabat tersebut. ''Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.'' (QS-Al Baqarah [2]: 195).
Dari kisah tersebut Allah memerintahkan kita meski dalam kondisi kekurangan harta, melonjaknya harga kebutuhan hidup, sulit mendapat pekerjaan, bahkan dalam kondisi keselamatan terancam, agar tetap tegar dan tidak berputus asa. Sebaliknya dengan harta dan kemampuan yang ada, kita dianjurkan tetap berbuat baik dengan menyedekahkan sebagian harta kita kepada orang lain. Apabila berkeluh kesah apalagi sampai berputus asa, berarti kita menjerumuskan diri ke dalam kebinasaan.
Apabila kita tetap tegar dan bersabar atas berbagai krisis kehidupan, maka Allah memberikan balasan (pahala) dua kali lipat. Allah SWT berfirman, ''Kepada orang-orang itu diberikan pembalasan (pokok) dua kali lipat, disebabkan kesabaran mereka.'' (QS Al-Qashash [28]: 54).
Diriwayatkan oleh 'Atha' dari Ibnu Abbas, ketika Rasulullah SAW masuk ke tempat orang-orang Anshar, beliau bertanya, ''Apakah kamu semua orang beriman?" Mereka diam. Maka Umar menjawab, ''Ya, wahai Rasulullah!'' Nabi SAW bertanya, ''Apakah tandanya keimanan kamu itu?'' Mereka menjawab, ''Kami bersyukur atas kelapangan. Kami bersabar atas ujian. Dan kami rela dengan ketetapan Allah.'' Lalu Nabi SAW menjawab, ''Demi Tuhan pemilik Ka'bah! Benarlah kamu semua adalah orang beriman!''
Akibatnya mereka kekurangan pangan, kesehatan, dan terancam keselamatannya. Ketika Rasul dan para sahabat sampai ke suatu tempat dan beristirahat, berkata seorang sahabat, ''Ya Rasulullah, kita saat ini mengalami penderitaan yang luar biasa. Penyiksaan fisik sudah terbiasa kami alami, kekurangan makanan dan keselamatan melengkapi penderitaan kami. Bagaimana kalau untuk sementara kita hentikan dulu dakwah ini, kita bangun dulu perekonomian. Setelah kuat baru kita lanjutkan dakwah ini.''
Tidak lama berselang Allah SWT menurunkan wahyu sebagai jawaban terhadap keluhan sahabat tersebut. ''Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.'' (QS-Al Baqarah [2]: 195).
Dari kisah tersebut Allah memerintahkan kita meski dalam kondisi kekurangan harta, melonjaknya harga kebutuhan hidup, sulit mendapat pekerjaan, bahkan dalam kondisi keselamatan terancam, agar tetap tegar dan tidak berputus asa. Sebaliknya dengan harta dan kemampuan yang ada, kita dianjurkan tetap berbuat baik dengan menyedekahkan sebagian harta kita kepada orang lain. Apabila berkeluh kesah apalagi sampai berputus asa, berarti kita menjerumuskan diri ke dalam kebinasaan.
Apabila kita tetap tegar dan bersabar atas berbagai krisis kehidupan, maka Allah memberikan balasan (pahala) dua kali lipat. Allah SWT berfirman, ''Kepada orang-orang itu diberikan pembalasan (pokok) dua kali lipat, disebabkan kesabaran mereka.'' (QS Al-Qashash [28]: 54).
Diriwayatkan oleh 'Atha' dari Ibnu Abbas, ketika Rasulullah SAW masuk ke tempat orang-orang Anshar, beliau bertanya, ''Apakah kamu semua orang beriman?" Mereka diam. Maka Umar menjawab, ''Ya, wahai Rasulullah!'' Nabi SAW bertanya, ''Apakah tandanya keimanan kamu itu?'' Mereka menjawab, ''Kami bersyukur atas kelapangan. Kami bersabar atas ujian. Dan kami rela dengan ketetapan Allah.'' Lalu Nabi SAW menjawab, ''Demi Tuhan pemilik Ka'bah! Benarlah kamu semua adalah orang beriman!''
(Aang Gunawan )
Republika 4 Maret 2008
Posting Komentar