''Jikalau kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenarnya niscaya Allah akan memberikan rezeki kepada kalian seperti burung. Pagi-pagi ia pergi dalam keadaan lapar dan pulang di sore hari dalam keadaan kenyang.'' (HR At Tirmidziy)
Tawakal dan ikhtiar adalah karakter burung. Satu sayap mengepakkan jiwa tawakal, satunya lagi mengepakkan jiwa ikhtiar. Keduanya digerakkan seirama dan seimbang, begitu indah dan harmonis. Dengannya, ia mampu menembus angkasa tinggi nan luas dengan wajah sangat gagah dan berwibawa.
Ulama salaf berkata, ''Tawakal adalah sikap para Nabi dan ikhtiar adalah sunahnya.'' Tawakal adalah kesungguhan hati dalam bersandar kepada Allah, Zat Yang Maha Perkasa, Maha Berilmu, Mahaadil, Maha Pemurah, dan Maha Pembela. Sandaran ini melahirkan jiwa yang penuh keyakinan, keberanian, dan optimisme. Tawakal itu pendobrak jiwa ketakutan dan kekerdilan, si penghadang kemajuan dan perubahan, dan rahim bagi jiwa kepeloporan dan kepahlawanan.
Saat Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam api, tak sedikit pun jiwanya bergeming. Saat Nabi Muhammad diprovokasi bahwa orang kafir telah mengerahkan seluruh tenaga dan kekuatannya untuk menghancurkan dakwah beliau, imannya justru semakin kokoh.
Kalimat yang terlontar dari lidah mereka adalah ''Hasbunallaahu wani'mal wakil, Allah yang mencukupi kami dan sebaik-baik tempat kami berserah diri.'' Ini ungkapan pembukitan bahwa tak ada satu penghadang pun yang mampu menyurutkan langkah besar mereka.
Tawakal pasti menggelorakan semangat berikhtiar. Ikhtiar merupakan takdir Allah bagi manusia dalam meraih dan mewujudkan segala sesuatu. ''Dan katakanlah: Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang Mukmin akan melihat pekerjaanmu itu.'' (QS Attaubah [9]: 105)
Kesungguhan ikhtiar merupakan tangga menuju kesuksesan. Ikhtiar merupakan satu-satunya penolong diri kita. Seperti yang diungkapkan oleh Yusuf bin Asbath, ''Berikhtiarlah kamu seperti ikhtiarnya seseorang yang tidak akan selamat tanpanya.''
Nabi Musa berhasil membuktikan realitas ini. Ikhtiar Beliau yang maksimal akhirnya mendatangkan pintu kesuksesan dan pertolongan Allah. ''Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya: 'Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan; atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun'.'' (QS Alkahfi [18]: 60)
Nasrullah
Republika, Selasa 13 Mei 2008\HIKMAH
Posting Komentar