Amal Yang Hilang Ketika Kita Asyik Menonton Televisi
TV atau televisi adalah satu benda yang telah menjadikan kita benar2 'terpenjara'. Kenapa demikian? Karena dia memaku kita di tempat sebagai penonton.
Kenapa kita rela 'diatur' televisi sebagai penonton? Kita ‘dipaksa’nya duduk terfokus padanya, kita ‘diatur’ nya supaya berada di depannya setiap waktu-waktu tertentu, emosi dan akal kita juga ‘diatur’nya agar sesuai dengan maunya televisi. Televisi juga membentuk cara berpikir kita sesuai dengan kemauannya, ini dilakukannya secara bertahap, tanpa disadari dan susah dibuktikan. Seorang anak bisa jadi cepat akrab dengan teman barunya karena memiliki ‘bahasa’ yang sama yang diajarkan televisi. Demikian kuat pengaruh televisi, sayangnya kebanyakan digunakan tidak untuk mendidik secara baik dan benar.
Stop jadi penonton televisi yang buruk, mulailah menjadikan diri Anda sebagai orang yang ditonton, bukan oleh penonton televisi tapi oleh makhluk lain. Bersiaplah Anda menerima honor yang luar biasa besarnya. Siapa yang dapat memberi honor sebanyak itu? Siapa lagi kalau bukan Allah azza wa jalla yang khasanah-Nya maha luas. Kalau saja seluruh orang di bumi jadi pelakon utama dan Allah (swt) membayar semuanya dengan bayaran yang paling tinggi, niscaya tidak akan berkurang milik-Nya kecuali hanya seperti satu tetes air di ujung jarum dibanding melimpahnya air samudra.
Maka ketahuilah, bahwa mengalihkan mata Anda dari televisi untuk satu kali saja pandangan sayang yang diarahkan kepada orangtua kita yang sudah lanjut usia, Allah (swt) akan mengganjari kita dengan bayaran yang nilainya setara dengan haji dan umrah yang mabrur. Kita dapat melakukan hal itu ber-kali2, bahkan kita dapat melakukannya dalam hari yang sama. Padahal untuk setiap haji yang mabrur ada jaminan hidup mulia di dunia dan di akhirat.
Mengalihkan waktu menonton televisi Anda menjadi suatu kunjungan kepada handai tolan akan dibayar dengan rejeki, keberkahan dan panjang umur. Belum lagi bonus2 yang berlipat ganda bagi setiap zakat, sedekah, infak atau hadiah yang kita berikan kepada mereka. Juga ganjaran dari Allah (swt) bagi setiap langkah kaki dan ayunan tangan, serta dari setiap kata2 yang baik yang terucap dan dari setiap titik peluh yang menguap ataupun yang menetes.
Apalagi ketika Anda mengganti waktu menonton televisi Anda dengan perjalanan amar makruf nahi munkar. Ingatlah, saat kita terlelap ketika di jalan Allah, tidak akan dapat ditandingi oleh orang yang tinggal (di kampungnya) yang berterusan melakukan puasa pada siang hari dan tahajud pada malam harinya kecuali dengan cara keluar di jalan yang sama. Padahal untuk setiap satu puasa dan setiap satu rakaat shalat ada ganjaran yang nilainya sangat yang besar di sisi Allah (swt).
Sungguh, kalau saja kita mau jadi pelaku utama dari drama kehidupan ini, niscaya bukan saja makhluk2 yang ada di sekitar kita yang menyaksikan setiap perbuatan kita, akan tetapi juga mereka yang ada di belahan bumi lain dan mereka yang tinggal di belahan alam lain. Bukan itu saja, orang2 yang kita tonton pada masa yang lalu akan menjadi penonton2 kita kelak.
Oh… ternyata kita baru tahu bahwa kita benar2 tidak memerlukan televisi, sebagaimana TV yang kita kenal saat ini. Sungguh, kalau sudah begini keadaannya, maka nyata benar bahwa tidak ada waktu untuk duduk di depan televisi, tidak juga menonton tayangan2-nya. Kita, ummat Rasulullah (saw), adalah pelaku utama, bukan penonton dan bukan pula objek bagi iklan2 murahan. Subhanallah.
(Sumber tulisan oleh : Subhan ibn Abdullah, 2005. Mohon maaf bila Penjaga Kebun mengedit beberapa kata, semoga Allah mengkaruniakan pahala yang berlipat dengan perubahan ini.)
TV atau televisi adalah satu benda yang telah menjadikan kita benar2 'terpenjara'. Kenapa demikian? Karena dia memaku kita di tempat sebagai penonton.
Kenapa kita rela 'diatur' televisi sebagai penonton? Kita ‘dipaksa’nya duduk terfokus padanya, kita ‘diatur’ nya supaya berada di depannya setiap waktu-waktu tertentu, emosi dan akal kita juga ‘diatur’nya agar sesuai dengan maunya televisi. Televisi juga membentuk cara berpikir kita sesuai dengan kemauannya, ini dilakukannya secara bertahap, tanpa disadari dan susah dibuktikan. Seorang anak bisa jadi cepat akrab dengan teman barunya karena memiliki ‘bahasa’ yang sama yang diajarkan televisi. Demikian kuat pengaruh televisi, sayangnya kebanyakan digunakan tidak untuk mendidik secara baik dan benar.
Stop jadi penonton televisi yang buruk, mulailah menjadikan diri Anda sebagai orang yang ditonton, bukan oleh penonton televisi tapi oleh makhluk lain. Bersiaplah Anda menerima honor yang luar biasa besarnya. Siapa yang dapat memberi honor sebanyak itu? Siapa lagi kalau bukan Allah azza wa jalla yang khasanah-Nya maha luas. Kalau saja seluruh orang di bumi jadi pelakon utama dan Allah (swt) membayar semuanya dengan bayaran yang paling tinggi, niscaya tidak akan berkurang milik-Nya kecuali hanya seperti satu tetes air di ujung jarum dibanding melimpahnya air samudra.
Maka ketahuilah, bahwa mengalihkan mata Anda dari televisi untuk satu kali saja pandangan sayang yang diarahkan kepada orangtua kita yang sudah lanjut usia, Allah (swt) akan mengganjari kita dengan bayaran yang nilainya setara dengan haji dan umrah yang mabrur. Kita dapat melakukan hal itu ber-kali2, bahkan kita dapat melakukannya dalam hari yang sama. Padahal untuk setiap haji yang mabrur ada jaminan hidup mulia di dunia dan di akhirat.
Mengalihkan waktu menonton televisi Anda menjadi suatu kunjungan kepada handai tolan akan dibayar dengan rejeki, keberkahan dan panjang umur. Belum lagi bonus2 yang berlipat ganda bagi setiap zakat, sedekah, infak atau hadiah yang kita berikan kepada mereka. Juga ganjaran dari Allah (swt) bagi setiap langkah kaki dan ayunan tangan, serta dari setiap kata2 yang baik yang terucap dan dari setiap titik peluh yang menguap ataupun yang menetes.
Apalagi ketika Anda mengganti waktu menonton televisi Anda dengan perjalanan amar makruf nahi munkar. Ingatlah, saat kita terlelap ketika di jalan Allah, tidak akan dapat ditandingi oleh orang yang tinggal (di kampungnya) yang berterusan melakukan puasa pada siang hari dan tahajud pada malam harinya kecuali dengan cara keluar di jalan yang sama. Padahal untuk setiap satu puasa dan setiap satu rakaat shalat ada ganjaran yang nilainya sangat yang besar di sisi Allah (swt).
Sungguh, kalau saja kita mau jadi pelaku utama dari drama kehidupan ini, niscaya bukan saja makhluk2 yang ada di sekitar kita yang menyaksikan setiap perbuatan kita, akan tetapi juga mereka yang ada di belahan bumi lain dan mereka yang tinggal di belahan alam lain. Bukan itu saja, orang2 yang kita tonton pada masa yang lalu akan menjadi penonton2 kita kelak.
Oh… ternyata kita baru tahu bahwa kita benar2 tidak memerlukan televisi, sebagaimana TV yang kita kenal saat ini. Sungguh, kalau sudah begini keadaannya, maka nyata benar bahwa tidak ada waktu untuk duduk di depan televisi, tidak juga menonton tayangan2-nya. Kita, ummat Rasulullah (saw), adalah pelaku utama, bukan penonton dan bukan pula objek bagi iklan2 murahan. Subhanallah.
(Sumber tulisan oleh : Subhan ibn Abdullah, 2005. Mohon maaf bila Penjaga Kebun mengedit beberapa kata, semoga Allah mengkaruniakan pahala yang berlipat dengan perubahan ini.)
Posting Komentar