Allah SWT Yang Maha Berkehendak

Allah SWT adalah Yang Menghendaki adanya alam raya, Yang mengelola sarwa jagat yang serba baru. Sehingga tidak pernah ada sesuatu pun yang berlaku dalam sarwa kekuasaan-Nya kecuali karena keputusan Qadha’, Qadar-Nya, kebijakan hukum dan iradat (kehendak) -Nya, baik sesuatu itu sedikit atau banyak, kecil atau besar, baik atau buruk, marabahaya atau manfaat, iman atau kufur, mengetahui atau tidak mengetahui, untung atau rugi lebih atau kurang, taat atau maksiat. Maka apa yang dikehendaki-Nya akan terjadi dan apa yang tidak dikehendaki-Nya tidak akan terjadi; tak ada sesuatu pun yang terjadi tanpa kehendak-Nya, walaupun hanya sekejap mata atau sebersit pikiran. Lebih jauh lagi Dia adalah Pencipta awal dan Yang mengembalikan seperti semula, Dia Maha Berbuat apa yang dikehendaki-Nya. Tiada yang bisa menolak terhadap apa yang menjadi keputusan hukum-Nya dan tidak ada yang bisa menyalahkan keputusan-Nya. Tidak tempat berlari bagi seorang hamba dari kemaksiatan yang telah ia lakukan kecuali karena pertolongan dan rahmat-Nya. Tidak ada kekuatan bagi seorang hamba untuk berbuat taat kepada Allah kecuali karena kehendak dan keinginan-Nya. Maka kalau misalnya manusia, jin, malaikat dan setan berkumpul untuk bersama-sama menggerakkan atau menghentikan atom di alam ini dengan tanpa Kehendak Allah dan keinginan-Nya niscaya mereka tak akan mampu melaksanakannya. Sifat iradat-Nya adalah terkait dengan Dzat-Nya, termasuk juga seluruh sifat-sifat-Nya yang lain. Dia senantiasa menyandang sifat Iradat, Dia berkehendak sejak zaman Azali, karena wujudnya segala sesuatu sesuai dengan waktu yang telah direncanakan dan ditentukan sebelumnya, sehingga semua diwujudkan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan sejak zaman Azali, dengan tanpa terlambat sedikit pun atau lebih awal dari waktu yang telah ditentukan. Bahkan semua itu terjadi dengan Ilmu dan Iradat-Nya tanpa perubahan dan pergantian. Dia mengatur segala sesuatu dengan tanpa struktur pemikiran, dan tanpa menunggu waktu, karena Dia tidak disibukan oleh urusan-urusan yang ada.


Dikutip dari kitab Qawaa’idul “Aqaaid Fit-tauhid Karya Imam Al-Ghazali.
(TAUHIDULLAH, Penerbit Risalah Gusti, Surabaya)

About this entry

Posting Komentar

 

About me | Author Contact | Powered By Blogspot | © Copyright  2009